Kamis, 29 November 2012

Diet ... Tapi, Kok, Gak Kuyus-Kuyuuuus?


Hello eperibodiiii! Setelah hibernasi gara-gara flu attack superdahsyat, sampe-sampe Mamih cuma bisa nggeletak sama manga-mangap doang, akhirnya Mamih kembali dengan jumawa dan cetar membahana.
Kali ini, Mamih mau bahas soal diet. Wow, diet? Ngaku aja, deh, Jeung, pasti situ pernah diet, kan? Atau ada yang udah pada taraf mengkhawatirkan alias frustasi sampe mau terjun dari lemari? Atau udah sedot lemak segala? Ck ck ck ... lemak, kok, disedot-sedot, Jeung? Ntar muncul pula mobil “Sedot Lemak” di jalan raya, salip-salipan sama mobil “Sedot Tinja”. Hwakakak!  

Melihat body bohay Mamih, banyak, lho, yang nanya, “Kok, bisa langsing aja, ya?” Padahal Mamih udah 4 kali bongkar mesin, 2 kali bongkar gudang, dan 3 kali bongkar brankas.
Atau, kalo yang sirik, yah, nanyanya pake mata meleng-meleng,
“Situ diet, ya?”
“Situ menderita, ya? Korban KDRT?”
Aiiih ... KDRT. Papih Darling mukul nyamuk aja mesti minta maap dulu, gimana mau melakukan KDRT? Mukul beduk aja kali, yaaaa.
Orang gemuk bukan berarti enggak melakukan diet, lho. Banyak juga, kan, yang diet tapi enggak kuyus-kuyuuus? Tanya Mamih kenapa!
Nah, sebagai calon Miss Universe tahun depan, Mamih mau bongkar rahasia sukses diet Mamih, nih, jangan cuma bisa bongkar aib aja, xixixi.
Mamih diet, bukan berarti Mamih enggak makan/makannya dikit/enggak ngemil/enggak makan lemak, lho. Iiih ... Mamih tidak senista ituh! Mamih enggak pernah menolak kalo dibawain cake, sate, bakso .... Jadi?
1. Mamih cuma berusaha memilih makanan yang berindeks glikemik (GI) rendah, kok. “Berusaha”, ya ... bukan berarti enggak makan yang ber-GI tinggi sama sekali. Tapi, pas Mamih makan yang ber-GI tinggi, sebisa mungkin Mamih juga makan yang ber-GI rendah dengan jumlah karbohidrat yang bisa diabaikan agar makanan yang Mamih makan jadi ber-GI medium. Misalnya, makannya bareng mentimun, oyong/gambas, terong, daun selada ... daun jendela juga boleh kalo sanggup. Xixixi.
Jeung-Jeung udah pada tau beloom, apa itu indeks glikemik? Itu, lho, ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah. Semakin tinggi GI-nya, semakin cepat pula makanan tersebut diserap tubuh. Selengkapnya tanya Mbah Gugel aja, yah. Dia masih sodara jauh Mamih, kok. Cuma memang agak jenius gitu. Beda sama Mamih yang cekak, wakakak.
            2. Mamih pilih beras merah kualitas bagus (GI= 47) ketimbang beras putih (GI=78). Kenapa? Kalo makan beras merah, Mamih cepat kenyang karena seratnya buanyaaaak. Kaya vitamin, lagi. Lagian, enggak sanggup juga makan beras merah banyak-banyak, selain rasanya lebih hambar, ngunyahnya juga capeeeek. Penampakan Mamih udah kayak sedang memamah biak, duehhh!
Awal-awal makan beras merah, Mamih tuh sempet ngomong sama Papih Darling Liebling Lovling dengan gaya manis manja, “Duh, ini nasi kapan abisnyaaaa? Blengeeer, Papiiih!” Tapi sekarang udah biasa, kok, jadi rasanya ... teteup gak enak, hihihi.
            Dan penting buat Jeung-Jeung ketahui, kesuksesan berdiet itu juga didukung oleh seberapa banyak karung beras yang Jeung pikul. Kalo Jeung lebih milih ngabisin banyak beras buat dimakan ketimbang buat dipikul keliling lapangan, ya pastilah jadi gembrot. Heuheuheu.
            3. Mamih bagi waktu makan jadi 6; makan utama 3x dan camilan 3x. Sengaja enggak dibagi jadi 3 waktu makan supaya pas saatnya makan enggak membabi buta makan sama panci-pancinya gara-gara laper berat. Panci, kan, mahal, yah?
            4. Camilan Mamih apa, sih? Apa aja bisa. Biasanya buah, biskuit gandum, roti gandum, jus wortel, dsb yang GI rendah. Tapi, kalo ada tetangga yang lempar cake, kolak, bubur, mi, dll yang enak-enak, Mamih makan juga, kok. Dibuang sayang, kan? Mendingan dimakan atau dijual lagi. Wkwkwkwk.
            5. Mamih gak makan gorengan? Makan juga, kok. Masa iya pas anak-anak makan gorengan Mamih ngeliatin aja dengan iler berleleran? Ya Mamih makan juga, tapi paling satu potong aja.
            Selain kelima poin di atas, ada satu lagi rahasia ampuh diet Mamih, yaitu Mamih tinggal di pelosok ... kiri kanan sawah membentang ... jalanan jeblok enggak pake aspal ... yang lewat di jalan itu bisa dihitung dengan jari ... dengan kata lain yang lebih sopan; tempat jin buang anak. Enggak ada tukang bakso, tukang es krim, tukang somay ... apalagi tukang becak yang mau lewat sini. Mau keluar beli camilan, halaah ... kejauhan. Mending nggerogotin daun pintu aja, dweh!
            Sekian dulu “Apa Kata Mamih” hari ini. Mamih mau makan donat yang udah melambai-lambai dengan aduhai dulu.
Mamiiih, itu, kan, GI-nya tinggiiii? #Terdengar suara samar-samar dari balik laptop.
Embeeer! Mamih, kan, cuma berusaha. Tuhan yang menentukan. :D []






Stop Kitchen Nightmare dengan Modena


        Biar begini-begini—suka ngasal dan nyablak—saya orangnya lumayan bersih, lho. Meskipun tanpa asisten rumah tangga dan punya seabrek pekerjaan sebagai freelancer di berbagai tempat, tak menyurutkan saya menjadi “tukang bersih-bersih” di rumah. Dan yang menjadi fokus utama saya selain kamar mandi adalah dapur, karena biasanya bagian ini merupakan tempat yang paling kotor di rumah.
        Ketika saya masih tinggal di Jerman dan Australia, sih, tak masalah. Dapur apartemen di sana sudah oke, lengkap dengan kitchen set dan peralatan dapur modern. Kompornya pun flat, sehingga mudah dibersihkan. Saya sangat betah memasak dan selalu bersemangat membersihkan dapur saya yang bagus itu. Sampai teman-teman saya yang berkunjung terkagum-kagum dan berkomentar, “Ya ampun, dapurnya bisa dibikin buat ngaca saking bersihnya!”            
        Tapi, kitchen nightmare mulai menghantui saya begitu pindah kembali ke Aceh dan tinggal di rumah kontrakan seadanya. Saya harus memakai kompor gas portable biasa. Sebenarnya, sih, tidak apa-apa, saya tetap bisa memasak. Tetapi, selain tampilannya kurang stylish dan memakan tempat, membersihkannya juga repot banget. Saya memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak untuk melenyapkan kotoran yang menempel; baik di bagian atas, bawah, dan dalam kompor, maupun di selangnya. Bahkan, saya sampai harus menggosoknya dengan sabut stainless steel, lho! Waduh, benar-benar jadi Upik Abu, deh, saya!   
       Gawatnya lagi, tak jarang saat membersihkan dapur, di bawah kompor saya menemukan bangkai cicak, kecoa, lalat, bahkan sempat jadi tempat persembunyian tikus! Huaaa ... tidaaaak! Ini tak bisa dibiarkan! Memangnya kompor saya kuburan?          
        Gara-gara dapur yang tidak higienis seperti itu, saya benar-benar kehilangan mood dalam memasak dan membersihkan dapur. Akhirnya, saya memutuskan untuk langganan catering saja. Tak perlu repot masuk dapur.
        Tapi, ternyata catering tak menyelesaikan masalah. Justru datang masalah baru. Saya sekeluarga jadi sering terkena penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. Kemungkinan karena masakan catering yang tak terjamin kebersihan dan kualitas bahan bakunya, ditambah lagi dengan penambahan zat-zat aditif seperti MSG dan sebagainya. Walaaah ... tambah pusing, deh, saya. Kacau-balau ... galau ... adauuuu!
        Hingga suatu hari, saya berkunjung ke rumah sepupu saya dan masuk ke dapurnya yang rapi dan bersih. Melihat kompor tanam Modena yang dipakainya, saya jadi tertarik. Jujur saja, selama ini saya (karena tujuh tahun tinggal di luar negeri) tidak tahu bahwa kompor tanam tersedia di Aceh. Ternyata, Modena Indonesia telah hadir di Indonesia sejak tahun 1981, ya? Pantas saja jangkauannya sudah sampai ke Aceh. Duh, “kuper”-nya saya!
Akhirnya, saya bertekad, jika kelak mempunyai rumah sendiri, saya juga akan memakai kompor tanam Modena.

Smart Living
            Ketika kemudian saya membangun rumah sendiri, saya mulai “bergerilya” mencari toko yang menjual kompor tanam Modena. Tak gampang memang, karena Banda Aceh adalah kota kecil. Saya sempat menemukan sebuah toko yang menjual kompor-kompor tanam merek lain, tapi saya tidak sreg. Ada yang modelnya lumayan, tapi harganya selangit. Ada yang murah, tapi modelnya tidak keren, belum lagi penggunaannya yang tidak praktis. Dan yang lebih parah, kalau ingin servis atau ganti suku cadang, pembeli harus pergi ke Medan karena di Banda Aceh tak tersedia.
        Saya pun kembali pergi dan bertanya dari satu toko ke toko lainnya sampai kemudian saya menemukan sebuah toko yang menjual kompor tanam Modena. Melihat modelnya yang modern dan elegan, saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi, eits ... tunggu dulu. Bagaimana dengan harganya?
        Saya bersorak dalam hati dan pasang wajah sumringah begitu si penjual menyebut harga kompor Modena tersebut. Ternyata, harganya jauh lebih murah dibandingkan merek-merek yang saya temukan di toko sebelumnya. Dan yang lebih penting, servis dan ganti suku cadang dapat dilakukan di Banda Aceh. Wah, rezeki saya, nih! Tanpa banyak ba-bi-bu lagi, saya langsung membeli kompor tanam Modena impian saya itu. Horeee ... akhirnya saya punya kompor tanam!
         Akhirnya, ketika rumah baru saya selesai dibangun, dapur baru saya pun dilengkapi kompor tanam Modena yang cantik. Tampilan dapur saya yang sebenarnya biasa-biasa saja, kini jadi terkesan lebih eksklusif dengan hadirnya kompor Modena yang menyatu dengan meja dapur.
Tentu saja saya tidak lagi menjadi Upik Abu, melainkan berubah menjadi Cinderella. Bagaimana tidak? Tidak ada lagi, tuh, gosok-gosok kompor pakai sabut stainless steel. Tidak ada lagi selang kompor yang berkarat gara-gara sering terkena sampah dapur dan noda makanan. Dan, tentu saja tidak memberi celah bagi binatang-binatang kecil untuk bersembunyi di bawah kompor. Proses pembersihan dapur jadi lebih singkat dan mudah. Tinggal dilap dengan spons/kain yang sudah dibasahi dengan air sabun encer atau pembersih dapur khusus, beres, deh!
Meskipun rumah saya cukup besar, tetapi saya lebih suka dapur yang kecil dan ringkas agar area kotor dan berantakan di rumah tak terlalu luas. Dan, kompor tanam Modena adalah pilihan paling ideal bagi keinginan saya ini. Coba lihat dapur saya sekarang, rapi, bersih, dan stylish, kan?


         Catering? Bye bye saja, deh! Sekarang saya rajin masak sendiri. Lebih terjamin kesehatan dan kebersihannya. Keluarga saya pun jadi lebih sehat. Bukan cuma saya, lho, yang jadi betah masak di dapur. Putra saya (11 tahun) juga senang bereksperimen di dapur. Dia rajin membuat sarapan dan snack sendiri sekaligus untuk adik-adiknya. Memang bukan masakan yang rumit-rumit; setingkat puding, roti bakar, pisang bakar, scramble egg, dan lain-lain yang gampang-gampang. Wah, ternyata, meskipun kelihatannya canggih, tapi kompor Modena ini praktis banget penggunaannya, ya. Buktinya, putra saya yang masih kecil saja tidak mengalami kendala menggunakannya.            
        Kompor Modena memang top banget, deh. Memasak jadi gampang, dapur pun bersih, rapi dan cantik. Betul-betul menunjang gaya hidup modern masyarakat Indonesia dalam tiga lini kategori, yaitu cooking, cleaning & cooling. Modena senantiasa menekankan pada aspek estetika desain, kaya akan fitur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna (user friendly), menerapkan teknologi terkini, serta ramah lingkungan. Wow, komplet, deh!
        Tidak salah saya memilih Modena karena merupakan solusi cerdas dalam menciptakan smart living dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik, seperti yang saya idam-idamkan. Pokoknya, saya rekomendasikan Modena bagi masyarakat Indonesia, deh, khususnya bagi ibu-ibu yang smart seperti saya, hehehe ....
Asyiknya lagi, Modena juga eksis di sosial media, lho. Klik saja link-nya: fb.me/MODENAIndonesia, fb.me/MODENACookingClub, Twitter @MODENAIndonesia, Pinterest.com/MODENAid, Youtube.com/MODENAIndonesia dan Flickr.com/MODENAIndonesia. Jadi, kita bisa sharing, bertanya, dan mendapatkan info-info terkini terkait produk-produk Modena. Eh, bisa nambah teman juga, lho. Mantap betul, ya!
Setelah merasakan nyamannya memakai produk Modena, jadi pengin, deh, punya produk-produk Modena yang lain; seperti oven, microwave, kulkas, dan banyak lagi seperti gambar-gambar di bawah ini:

Wuih ... keren-keren banget, kan? Mudah-mudahan impian saya kesampaian, ya, biar dapur saya makin “bling-bling” dengan produk-produk Modena. Dan kitchen nightmare? No more! []


Jumat, 09 November 2012

Quote of the Day

     Pagi-pagi, cocoknya memang memajang quote untuk memberi semangat yang mungkin udah klewer-klewer .... Sama seperti Duo Maia: Mamih dan Papih yang sedang bijak hari ini.

Papih: "Mih, ada quote bagus; lebih baik fokus pada kelebihanmu dan mengerjakannya, daripada terus-menerus mengeluhkan kekuranganmu dan tak mampu mengerjakannya."

Mamih (dengan semangat): "Ada satu lagi quote bagus!"

Papih: "Apa?"

Mamih: "Penyesalan itu adanya di akhir ...,"

Papih: (Menyimak dengan serius)

Mamih: "... kalau di awal itu ... mppppfffhhhh ... (nahan ketawa) ... namanya pendaftaran! Qik qik qik ...."

Papih: "Hihihi .... Kalau di awal itu namanya kesadaran .... Tapi, bener juga kata Mamih, kalau di awal namanya pendaftaran."

Mamih: "Qik qik qik ...."

Kamis, 08 November 2012

Belatung! Hiiii ...!

Mamih geliiii banget sama belatung. Kecil, putih, uget-uget! Yaiks! Makanya, selama ini, Mamih enggak pernah mau membuang sampah organik ke lubang pembuangan sampah organik di halaman. Mana tahaaan!
     Tapi, tadi malam, ketika Mamih mau buang sisa nasi goreng ke tempat sampah organik di bawah wastafel cucian piring, Mamih terpaksa melihatnya! Melihat makhluk lunak yang menjijikkan dan enggak pake baju itu. Bukan satu-dua aja, tiga! Eh, maksudnya buanyaaaak! Sampe Mamih pikir itu ampas kelapa. Trus baru inget, whoaaa ... Mamih, kan, hari ini gak meres santan!
     Belatung-belatung itu berjatuhaaan, tumpah ruaaah! Ya ampuuun! Perasaan sampah dibuang tiap hari, kenapa tau-tau ada belatuuung? Oh ya ... oh ya ... baru inget, tadi siang Mamih buang pisang yang udah busuk ke situ, dan sekarang ... OMG!
     Tanpa tedeng aling-aling, Mamih menjerit-jerit sambil lompat-lompat dan mencuci tangan di wastafel di depan kamar mandi anak-anak. Geliiii ... uget-uget ... gremet-gremet .... Semua jadi ikut heboh, kirain Mamih kenapa, gitu.
     Ada yang menyangka Mamih digigit kucing. Oh, tentu aja enggak. Si Chibelle, kan, masih bayi, masih imut dan friendly. Induknya, si Ninis, meskipun galak, tapi enggak gigit.
     Si Bungsu yang sensitif dan sayang banget sama Mamihnya langsung matanya berkaca-kaca, merasa Mamihnya dalam bahaya. "Mamih, kalau Mamih mati, Geunta nangiiiis!" katanya merengek.
     Xixixixi. Anakku cayank, jantung Mamih masih normal. Meskipun kaget luar biasa ngeliat belatung, kemungkinan mati di tempat kayaknya cuma 0,0 %.
     Sementara si Sulung dan si Tengah ikut-ikutan heboh menjerit-jerit. Apalagi pas Papih Darling membawa tong sampah itu ke luar dengan belatung-belatung yang berjatuhan. Whoaaaa! Mamih dan anak-anak langsung menyerbu masuk kamar dan mengunci pintunya! Hhh ... apa hubungannya, ya? Pake dikunci segala. Apa mungkin belatung bisa buka pintu sendiri?
     Buntutnya, Mamih dan anak-anak gak ada yang berani ke dapur. Tapi, duh, Mamih haus abis jejeritan heboh tadi. Mamih juga mau lanjutin kerjaan di kompi en harus ngisi drink bottle yang setia men-supply kebutuhan air minum Mamih pas kerja.
     "Sulthan, isiin drink bottle Mamih, gih!" pinta Mamih.
     "Whuaaa! Ada belatung yang jatuh di lantai! Si Sulung nolak dengan geli.
     "Udah disapu tadi! Ayo, isiin sana!"
     "Whuaaaa!"
     "Isiin!"
     "Whuaaa! Enggak!"
     "Membantah orangtua dosa, tau!"
     "Mamih aja enggak berani ke dapur, jadi kenapa Mamih nyuruh Sulthaaaan!" jerit Si Sulung setengah merengek, setengah ketawa.
     "Karena kamu bisa Mamih perintah!" jawab Mamih sambil menyeringai.
     "Whuaaa!"
Mamih mulai gemas en menyekap Si Sulung sambil ngedeketin drink bottle berwarna pink itu. Si Sulung berontak sambil berusaha kabur. Terjadilah pertarungan dalam tawa antara Mamih dan si Sulung.
      Tiba-tiba ... CROTTTT!
     Waduh, apa, nih? Wajah Mamih basah kena semprot! Olala ... ternyata si Sulung sedang memegang tembak-tembakan air. Grrrr ... Mamih langsung merebut senapan air itu dan menyemprot balik ke si Sulung. CROTTTT!
     Satu sama. Kedudukan seri.
     "Kata ibu guru, enggak boleh berantem!" teriak si Bungsu khawatir.
     Mamih dan Sulung ngikik-ngikik.
     "Brina! Isiin air Mamih!" akhirnya Mamih beralih ke si Tengah.
     Dan Brina yang imut, baik hati, dan lembut langsung mengambil drink bottle Mamih dan mengisinya dengan air di dapur. Huh, kenapa enggak dari tadi aja nyuruh dia, ya?
     Si Sulung, cowok, udah gede, tapi gelian en hebohnya luar biasa. Eh, nurun siapa, yaaaa? Xixixi. []